Friday, July 18, 2014

Janda Muda Molek

  Janda Muda Kehausan Nafsu Lelaki


www.82bestbet.com

BANDAR BOLA TERPECAYA 

Aku tinggal di sebuah perumahan di kawasan Serpong Awalnya sih berdua
dengan PRT yang aku bawa dari rumah orang tuaku namun belakangan ibuku
minta supaya PRT itu kembali ke rumahnya karena PRT yang lama mendadak
mudik dan tak pernah kembali lagi. Sebagai anak, aku sih ikhlas aja,
walaupun cukup repot mengurus rumah tanpa pembantu

Akhirnya aku memutuskan untuk mencari PRT, dan dari seorang tukang jamu
keliling, aku dikenalkan dengan seorang tukang jamu gendong yang ingin
pensiun jualan jamu karena capek katanya dan memilih menjadi PRT, asal
digaji minimal 750 ribu

Pada hari Sabtu datanglah calon PRT itu, namanya Nurlela, usianya
sekitar 30 tahun, kabarnya dia janda dengan satu anak. Wanita itu datang
sendiri saja, mengenakan kaos dan celana panjang yang cukup ketat
sehingga menonjolkan bagian tubuhnya, terutama bagian dada dan
pantatnya. Wajahnya sih biasa saja, tipe orang Jawa yang kalem dan
pemalu.

Sekilas aku sih oke saja, yang penting ada orang yang bisa bantu-bantu
di rumah. Singkat saja ceritanya, Nurlela mulai bekerja di rumahku.

Seminggu berlalu, aku mulai memperhatikan dan tertarik dengan body
Nurlela yang toge pasar itu. Apalagi saat dia mengepel lantai, belahan
dadanya yang besar begitu menggoda dan lenggokan pantatnya yang bahenol
seakan menantangku untuk menjamahnya. Maka dengan sengaja suatu waktu
aku menyempatkan diri melihat jemuran underwear Nurlela sekedar untuk
tahu bahwa ukuran branya adalah 36C, wuihhh… bikin ngiler aja.

Gairahku pada Nurlela semakin menjadi tatkala suatu sore ketika aku
pulang kerja dia sedang mandi dan mungkin karena biasanya aku tidak
pernah pulang sore, maka dia tidak menutup pintu kamar mandi. Nurlela
sama sekali tak menyadari bahwa aku sudah pulang karena mobilku memang
aku tinggal di kantor.

Jantungku berdegup kencang menyadari bahwa aku punya peluang melihat
tubuh Nurlela bugil, dan memang, tatkala aku melewati pintu kamar mandi,
dengan jelas kulihat tubuh bugil Nurlela yang membuat kejantananku
berkobar. Bodynya benar-benar bahenol dan padat. Buah dadanya yang besar
tampak masih sangat kencang dan demikian pula dengan pantatnya yang
besar. Ingin rasanya aku melabrak masuk ke kamar mandi dan menerkam
tubuh bahenol itu, namun aku cukup bersabar. Aku takut dia teriak dan
malah jadi berabe.

Malam harinya, aku memanggilnya untuk mengobrol.
“Mbak Nur, katanya punya anak ya? Umur berapa”, tanyaku.
“Iya Mas, umur 3 tahun, tinggak di kampung sama neneknya”, jawabnya.

“Wah, masih kecil ya, pasti masih butuh susu”, celotehku nakal sambil melirik buah dadanya yang super itu.

“Iya Mas, makanya saya kerja di sini, semua buat anak saya”, jawab
Nurlela lugu tanpa sadar mataku dengan nakal memandangi buah melonnya
penuh nafsu.

“Kamu kan saya gaji 750 ribu, mau enggak saya tambahin 250 ribu untuk
uang susu anak kamu?”, sebuah pertanyaan yang mengundang tanda tanya.

Wahh… kalau memang boleh sih, tentu mau Mas”, wajah kemayu Nurlela semeringah. Dia tak sadar bahwa tawaranku pasti “ada udang di balik kutang Saya siap, ini uangnya kataku sambil menunjukkan uang 100 ribuan sebanyak sepuluh lembar Besok kamu kan gajian, saya bisa kasih 1 juta, hanya ada syaratnya aku mulai tak kuasa menahan diri Syarat apa Mas?”, tanya Nurlela yang mulai agak sadar pada maksudku. Hmmm… saya kasih uang susu buat anak Mbak, tapi saya minta susu dari Mbak”, aku langsung menembak. Ihhh… Mas nakal sih”, Nurlela tampak malu, wajahnya menunduk. Kesempatanku meraba tubuhnya.

“Ihhh… jangan Mas…”, ia tampak sangat jengah dan berusahan menolak
tanganku. Tapi aku sudah sangat paham bahasa tubuh wanita yang benar2x
menolak dengan tolakan yang basa-basi. Jelas tolakan Nurlela adalah
basai-basi. Mana mungkin dia menolak diriku, seorang pria mapan yang
usianya lebih muda darinya, dan menjanjikan tambahan uang baginya.
Sementara dia adalah seorang janda yang tentu saja haus belaian dan
butuh uang.............

Ini uangnya, simpan sana”, kataku seraya menyerahkan uang satu juta
pada Nurlela,”Tapi kembali lagi ke sini ya, saya mau minum susu ahh…. Mas…”, Nurlela masih malu, namun uang itu segera disambarnya dan dengan muka masih tersenyum wanita bahenol itu masuk ke kamarnya aku tak perlu menunggu lama, wanita itu kembali lagi dengan wajah masih malu-malu. Sini… duduk dekat saya”, ajakku. Nurlela merapatkan tubuhnya di sampingku. Aku yang sudah birahi langsung meletakkan tanganku di atas buah dadanya.....

Besar sekali susunya Mbak… boleh saya buka ya..”pintaku. Tanpa
menunggu jawaban dari Nurlela, tanganku sudah meremas payudaranya yang
besar itu........Nurlela yang sudah lama menjanda itu tentu saja seperti orang haus yang
diberi segelas air dingin

Wanita desa itu dengan wajah pasrah bercampur
harap menyerahkan tubuh montoknya padaku. Daster batik yang
dikenakannya dalam sekejap sudah terpapar di lantai. Tubuh montoknya
hanya dibungkus bra dan cd murahan yang sudah tipis dan kendor. Buah
dadanya dengan sombong menyembulkan puting susu coklat ditepi bra
kendornya itu, sementara warna hitam jembutnya terbayang di calik CD
tipisnya yang sudah usang.

Aku merogoh dompetku dan memberikan dua lembar uang ratusan ribu pada Nurlela.

Mbak Nur, ini saya kasih tambahan, buat beli celana dalam dan beha baru
ya… hi3x….”, candaku sambil menyerahkan uang itu pada Nurlela.

“Wah… makasih banyak Mas…”, katanya malu”, iya nih udah pada jelek, buka aja ya…”
Dalam sekejap tangan-tangan Nurlela melepas bra dan cdnya sehingga tubuh montoknya berbugil ria dihadapanku.

Aku segera menyerbunya. Kupeluk, kuraba dan kuremas-remas seluruh lekuk
tubuhnya. Tanganku seakan tak bosan-bosan meremas-remas buah dadanya
yang sebesar pepaya itu, juga bongkah pantatnya yang besar.

“Ihh…. isep terus Maas…”, jerit Nurlela kegirangan tatkala puting susunya kuhisap dan kukulum-kulum.

“Yang satunya dong… iseppp… yang kenceng…”, pintanya ketagihan.

Sambil menghisap puting yang satu, tanganku yang lain memainkan puting
buah dada sebelahnya dan tanganku lainnya asyik meremas-remas pantatnya
sampai daerah selangkangan.

“Aduhhhh Masss….enak banget… memek saya udah basahhhh…”,Nurlela terus menjerit dan mendesah.

www.82bestbet.com


Sadar bahwa Nurlela bakalan orgasme duluan karena sudah lama dia tidak
disentuh laki-laki, aku justru meraba-raba vaginanya dan kudapati kalau
liang senggamanya memang sudah becek.

Sambil terus mengulum puting susu, tanganku sibuk memijat klitoris
Nurlela sehingga wanita itu makin melejat-lejat dibakar birahi dan
akhirnya meledak tatkala jariku menelusup masuk liang vaginanya.

“Aduhhhh… gak tahan Mas…. saya puassss….”, jeritnya”, Ohhhh…. enak bangetttt”.

Tubuh montok itu menggelinjang menikmati rasa orgasme yang sudah lama tidak dirasakannya.

“ohh… maaf ya Mas…”, katanya merasa tidak enak padaku.

“Enggak apa, yang penting masih bisa dipakai kan?” candaku.

“Masih dong Mas… habis Mas belum buka baju sih, mana kontolnya Mas…”, pintanya jorok sambil berupaya menelanjangiku.

Dengan cekatan dia membuka celana panjangku dan sekaligus celana dalamku.

“Woow… gede juga nih kontolnya…”, puji Nurlela.

“Emut dong… jilatin kontol saya”, pintaku dan segera diiyakan oleh
Nurlela. Tanpa canggung lagi, Nurlela memasukkan penisku ke mulutnya dan
disedot-sedot penuh nafsu.

“Mbak…. saya mau keluar di memek aja”, pintaku”, ayo dong nungging”.

Nurlela yang kini menjadi budak seksku tentu menuruti semua kataku. Dia
menungging dan menghadapkan pantat bahenolnya padaku, membuatku semakin
bernafsu menyerang vaginanya dari belakang.

Tak sulit memasuki vagina wanita anak satu yang sudah becek ini, penisku
dengan penuh semangat memompa vaginanya, maju mundur, keluar masuk.

“Entot terusss…. ohhh… enak banget…”, jerit Nurlela keenakan.
Setiap erangan dan kata jorok dari mulutnya justru menambah panas
birahiku. Sampai saatnya aku mengocok dengan cepat vaginanya.

“Sebentar lagi saya keluar ya….keluarin di dalama aja ya…”, pintaku.

“Iya Mas… silahkan… ayo…. saya juga mau puas lagi nih…”, jerit Nurlela.

Ternyata Nurlela orgasme lebih dahulu dan lejatan dinding vaginanya
mendorong penisku juga menyemprotkan sperma hangat ke rahimnya.





No comments:

Post a Comment